Dalam genting, sorot lampu 250 sepeda motor dipakai menerangi pendaratan pesawat bantuan.
Tangki 31T03 meledak sekitar 10 jam kemudian, pukul 15.00. Disusul tangki 31T07 yang meledak pukul 19.00. Tiga tangki itu yang terbakar berisi high octane mogas component (HOMC) atau bahan pembantu pembuatan BBM.
Melihat kobaran api yang belum terkendali, petugas berupaya mengamankan sejumlah tangki lain dengan foam. Ini merupakan cairan khusus yang disemprotkan ke dalam tangki yang tidak terbakar. Foam ini berfungsi mendinginkan bahan bakar sehingga tak mudah tersulut api yang berkobar di sekitarnya.
Memenuhi kebutuhan foam ini, petugas harus mendatangkan dari luar Cilacap. Pengiriman melalui jalur udara di tempuh. Hanya, cara ini mengalami kendala karena landasan udara di Cilacap tak bisa digunakan untuk pendaratan di malam hari karena minimnya penerangan di area landasan.
Melihat kondisi genting, pendaratan tetap dilakukan tadi malam. Sorot lampu dari sekitar 250 sepeda motor sukses menerangi landasan udara. Pesawat milik TNI Angkatan Udara pun sukses mendarat bersama 12 ton foam.
Sejauh ini, sebanyak 40 ton kiriman foam sudah tiba. Namun, pesawat pembawa foam tak lagi diarahkan ke landasan udara di Cilacap. Pesawat akan diarahkan ke Yogyakarta. Selanjutnya, foam akan diteruskan melalui jalur darat dari Yogyakarta ke Cilacap.
Hingga pagi ini, kobaran api masih membesar. Tangki yang meledak pertama mulai terkendali, sementara api yang melumat dua tangki lainnya masih menyala hebat. Sedikitnya 71 petugas pemadam kebakaran dari sejumlah daerah operasi Pertamina dikerahkan.
"Ledakan Pertamina Itu Seperti Gempa"
Sejumlah warga yang tinggal dekat kilang Pertamina yang terbakar mulai mengungsi.
Diceritakan Markusno, ia mendengar jelas ledakan tangki pertama yang terjadi pukul 04.30 WIB. "Ada ledakan keras mirip halilintar, tempat tidur saya terasa berguncang. Saya pikir gempa, tak tahunya Pertamina meledak."
Paska ledakan itu, ia mengaku sempat ke luar rumah. "Api membubung tinggi. Saking besarnya, seperti di sebelah rumah, padahal lumayan jauh," kata Markusno. "Di depan rumah juga terasa panas, panas api."
Namun, ia mengaku tak panik. "Saya sudah pernah ngalamin yang seperti ini tahun 1995 lalu saat tujuh tangki meledak. Waktu itu kejadiannya malam hari, dalam kondisi hujan," kata Markusno.
Kini, Markusno hanya bisa berharap kebakaran di kilang Pertamina segera bisa diatasi. "Saya yakin, orang-orang Pertamina sedang berusaha keras. Bagaimana lagi, ini musibah."
Berbeda dengan Markusno, Yani, warga yang tinggal Kompleks Pertamina, yang terdapat di depan lokasi kilang, memilih tak mengungsi. "Suami saya masih ada di kilang, ikut mengatasi kebakaran. Jadi, kami memilih tinggal di sini."
Diceritakan dia, malam ini langit di atas kilang yang membakar berwarna hitam pekat. Api terlihat membubung tinggi. "Sedikit berbeda dengan kejadian 1995 lalu, tak ada helikopter lalu lalang. Dua hari lalu malah banyak, latihan penanggulangan teroris," kata ibu tiga anak itu.
Sebelumnya, Vice President Coorporate Communication Pertamina, M. Harun mengatakan pihak Pertamina berupaya mengevakuasi para pekerja dan warga sekitar kilang minyak, bekerja sama dengan Pemda Cilacap.
( sumber vivanews.)
0 comments: